HARGA DIRI & KEHORMATAN, dua buah kata yang saling mengisi & melengkapi serta bergantung satu sama lain. Sudah banyak orang akan berkata tentang ke dua hal ini dalam banyak terminologi, namun ketika kita dihadapkan pada sebuah persoalan yang pelik dengan kompleksitas yang cukup tinggi terkadang harga diri & kehormatan hanya akan menjadi sebuah wacana.
Sebuah hal yang sangat dilematik & problematik ditempatkan oleh harga diri & kehormatan ini, terkadang kita tetap akan mencari ke dua hal ini, namun terkadang ke dua hal ini menjadi tidak penting ketika kita menilik kedalam sebuah kebijaksanaan terdalam.
Apa "sesungguhnya" & apa "sesuatunya" pada HARGA DIRI & KEHORMATAN ini ?
Harga diri hadir pada sebuah aturan main tentang apa yang kita lakukan, yang kita perbuat, sikap, tindakan, kebiasaan, cara berbicara, paradigma dan sebagainya. Harga diri muncul sebagi output dariagregasi diri kita, dia adalah sebuah identitas yang akan dikenal oleh sistem sosial diluar diri kita.
Ada sebuah nilai - nilai yang muncul sebagi identitas diri, dengan kata lain HARGA DIRI merupakan"NILAI - NILAI YANG MUNCUL SEBAGAI IDENTITAS DIRI".
Penilaian akan datang dari sendiri ketika kita telah melalui sebuah ketidak tahuan & batasan diri, pun penilaian akan datang dari masyarakat kepada apa yang muncul dari diri kita sehari - hari.
Nilai - nilai yang muncul sebagai identitas diri ini sangat mencerminkan tentang "KAPASITAS serta KETETAPAN DIRI" & hal ini merupakan sebuah paramter pun indikator sebuah "KEHORMATAN"yang sarat dengan ATURAN MAIN yang sangat kompleks.
"tak ada gading yang tak retak serta macan mati meninggalkan belang", merupakan sebuah perumpamaan sederhana & tepat untuk memaknai harga diri serta kehormatan ini, karena seorang pecundang atau pengkhianat akan mati sebagai dirinya & bukan mati sebagai seorang ksatria.
Dilematika & problematika yang muncul adalah ... "apakah harga diri serta kehormatan ini diperlukan atau tidak ?"
Setiap bentuk pasti mempunyai tujuan, harga diri maupun kehormatan juga tergantung dari orientasi kita, diperlukan atau tidak merupakan sesuatu yang absurd untuk dipaparkan, karena semuanya merupakan sebuah aturan main yang terhampar di depan mata.
Seorang ksatria mempunyai aturan main yang berbeda dengan seorang pecundang, disana terdapatpatern line serta koridor dimana seseorang dikatakan sebagai ksatria ataukah pecundang & itu bergantung kepada nilai - nilai serta kapasitas & ketetapan yang kita wujudkan sebagai agregasi diri.
" MEREKA MENGENAL KITA BUKAN KARENA KITA ADALAH PECANDU & MENJADI ORANG LAIN, NAMUN MEREKA MENGENAL KITA KARENA INILAH DIRI KITA ".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar